Jumat, 21 Januari 2011

PASANG LAUT

Pasang laut adalah naik atau turunnya posisi permukaan perairan atau samudera secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan efek sentrifugal dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi (bumi). Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, namun gaya gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. Hal yang perlu diketahui bahwa pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasang surut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan.

Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan arus pusaran yang dikenal sebagai arus pasang sehingga perkiraan kejadian pasang sangat diperlukan dalam navigasi pantai. Wilayah pantai yang terbenam sewaktu pasang naik dan terpapar sewaktu pasang surut, disebut mintakat pasang, dikenal sebagai wilayah ekologi laut yang khas. Periode pasang laut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Panjang periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit. Selain itu dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang laut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan.

Puncak gelombang pasang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang pasang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang laut (tidal range). Rentang pasang laut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera. Tipe pasang ditentukan oleh frekuensi air pasang naik dengan pasang turun setiap harinya. Hal ini disebabkan perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya “pembangkit” pasang. Oleh karena itu, terdapat tiga tipe dasar pasang laut:
1.    Diurnal Tides
Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang naik dan satu kali pasang turun dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasang harian tunggal (diurnal tides).
2.    Semidiurnal Tides
Jika terjadi dua kali pasang naik dan dua kali pasang turun dalam sehari, maka tipe pasang disebut tipe harian ganda (semidiurnal tides).
3.    Mixed Tides
Tipe pasang lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasang ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal.

Berdasarkan posisi bumi, bulan, dan matahari; terdapat 2 jenis pasang laut:
1.   Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
2.   Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tigaperempat.

Karena sifat pasang surut yang periodik, maka tipe dasar pasang dapat diramalkan. Untuk meramalkan tipe dasar pasang, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit pasang baik pasang naik maupun pasang turun. Komponen-komponen utama pasang terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai dan superposisi antar gelombang pasang surut komponen utama, akan terbentuklah komponen-komponen pasang surut yang baru. Pada buku peramalan pasang surut yang dikeluarkan oleh DISHIDROS dan BOKOSURTANAL tertulis nilai komponen pasang baik pasang naik maupun pasang turun yang terdiri dari amplitudo dan fase pada beberapa lokasi di perairan Indonesia. Dengan mengetahui amplitudo komponen tersebut, maka dapat dihitung nilai bilangan Formzal (F). Dengan demikian, tipe pasang dapat ditentukan.

F = [AO1 + AK1]/[AM2 + AS2]

Dengan ketentuan :
F ≤ 0.25           =          semidiurnal tides
0,25<F≤1.5      =          mixed mainly semidiurnal tides
1.50<F≤3.0      =          mixed mainly diurnal tides
F > 3.0             =          diurnal tides

Dimana:
F          :  bilangan Formzal
AK1      : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh
   gaya tarik bulan & matahari
AO1      : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh
   gaya tarik bulan
AM2     : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
   gaya tarik bulan
AS2      : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
   gaya tarik matahari


Daftar Istilah Pada Pasang Laut:
1)   Mean Sea Level (MSL) atau Duduk Tengah adalah muka laut rata-rata pada suatu periode pengamatan yang panjang, sebaiknya selama 18,6 tahun.
2)   Mean Tide Level (MTL) adalah rata-rata antara air tinggi dan air rendah pada suatu periode waktu.
3)   Mean High Water (MHW) adalah tinggi air rata-rata pada semua pasang naik tinggi.
4)    Mean Low Water (MLW) adalah tinggi air rata-rata pada semua pasang turun rendah.
5)    Mean Higher High Water (MHHW) adalah tinggi rata-rata pasang naik tertinggi dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air tinggi terjadi pada satu hari, maka air tinggi tersebut diambil sebagai air tinggi terttinggi.
6)   Mean Lower High Water (MLHW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terjadi untuk tipe pasang diurnal tides.
7)   Mean Higher Low Water (MHLW) adalah tinggi rata-rata air tertinggi dari dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terjadi untuk tipe pasang diurnal tides.
8)   Mean Lower Low Water (MLLW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air rendah terjadi pada satu hari, maka harga air rendah tersebut diambil sebagai air rendah terendah.
9)   Mean High Water Springs (MHWS) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi berturut-turut selama periode pasang purnama, yaitu jika tunggang (range) pasang laut itu tertinggi.
10) Mean Low Water Springs (MLWS) adalah tinggi rata-rata yang diperoleh dari dua air rendah berturut-turut selama periode pasang purnama.
11) Mean High Water Neaps (MHWN) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi berturut-turut selama periode pasut perbani (neap tides), yaitu jika tunggang (range) pasang laut paling kecil.
12) Mean Low Water Neaps (MLWN) adalah tinggi rata-rata yang dihitung dari dua air berturut-turut selama periode pasang laut perbani.
13) Highest Astronomical Tide (HAT)/Lowest Astronomical Tide (LAT) adalah permukaan laut tertinggi/terendah yang dapat diramalkan terjadi di bawah pengaruh keadaan meteorologis rata-rata dan kombinasi keadaan astronomi. Permukaan ini tidak akan dicapai pada setiap tahun. HAT dan LAT bukan permukaan laut yang ekstrim yang dapat terjadi, storm surges mungkin saja dapat menyebabkan muka laut yang lebih tinggi dan lebih rendah. Secara umum permukaan (level) di atas dapat dihitung dari peramalan satu tahun. Harga HAT dan LAT dihitung dari data beberapa tahun.
14) Mean Range (Tunggang Rata-rata) adalah perbedaan tinggi rata-rata antara MHW dan MLW.
15) Mean Spring Range adalah perbedaan tinggi antara MHWS dan MLWS.
16) Mean Neap Range adalah perbedaan tinggi antara MHWN dan MLWN.
17) Low Water Spring (LWS) adalah muka air laut surut terendah. LWS nantinya akan dikaitkan dengan data hasil survey topografi dan penggambaran peta batimetri. Peta inilah nantinya yang akan digunakan untuk merencanakan penempatan dermaga pada kedalaman tertentu (sesuai spesifikasi kapal yang bersandar).
18)High Water Spring (HWS) adalah muka air laut pasang tertinggi. Sebagai catatan bahwa perbedaan antara LWS dengan HWS disebut pasang surut rencana.   
19) Mean Sea Level (MSL) adalah muka air laut rerata.

Sumber:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar